Jumat, 13 September 2013

post partum blus

Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis referensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-salin yang disebut sebagai ‘milk fever’ karena gejala
disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.

A.     Etiologi
Mengenali penyebab post partum blues juga merupakan hal yang berguna dalam mendeteksi adanya gangguan psikologi ini pada ibu. Selain bisa mengantisipasi kita juga bisa memahami kondisi ibu sepenuhnya.
Post partum ini biasanya disebabkan oleh:
• Perubahan Hormon
• Faktor usia ( hamil usia muda, primipara, belum matangnya reproduksi, dll)
• Ketidaksiapan ibu menghadapi persalinan
• Stress
• ASI tidak keluar
• Frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh
• Kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat operasi.
• Suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami.
• Problem dengan Orangtua dan Mertua.
• Takut kehilangan bayi
• Sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu.
• Problem dengan si Sulung.
• Ibu yang pernah mengalami gangguan kecemasaan termasuk depresi sebelum hamil
• Kejadian-kejadian sebagai stressor yang terjadi pada ibu hamil, seperti kehilangan suaminya.
• Kondisi bayi yang cacat, atau memerlukan perawatan khusus pasca melahirkan yang tidak pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnya.
• Ketergantungan pada alkohol atau narkoba
• Kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, suami, dan teman
• Kurangnya komunikasi, perhatian, dan kasih sayang dari suami, atau pacar, atau orang yang bersangkutan dengan sang ibu.
• Mempunyai permasalahan keuangan menyangkut biaya, dan perawatan bayi.
• Kurangnya kasih sayang dimasa kanak-kanak
B.        Manifestasi Klinis
Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya Ibu sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung (iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah, khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja di lahirkan , insomnia yang berlebihan. Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression
C.      Gejala postpartum blues
Perlu kita curigai jika terdapat gejala-gejala seperti ini:
Gejala Utama
• Cemas tanpa sebab.
• Menangis tanpa sebab
• Tidak sabar
• Tidak percaya diri
• Sensitive
• Mudah tersinggung
• Merasa kurang menyayangi bayinya
• Perasaan negatif terhadap bayi yang dilahirkannya
• Kesulitan untuk tidur
• Perubahan drastis berat badan
• Kelelahan dan lesu
• Adanya perasaan untuk membenci pada diri sendiri, perasaan bersalah, individu merasa dirinya tidak berguna untuk orang lain
• Samasekali tidak bisa berkonsentrasi terhadap masalah kecil sekali pun
• Menarik diri dari lingkungan, kehilangan terhadap minat social
• Mudah marah, mudah terhasut dan kegelisahan secara mendalam
• Kehilangan gairah terhadap sesuatu hal (aktivitas)
Gejala Medis
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung post partum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan post partum blues bila memenuhi kriteria gejala yang ada. Kekurangan hormon tyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa (fatigue) ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar tyroid yang sangat rendah.
Selain gejala di atas perlu juga kita perhatikan tingkah laku ibu dan hal hal yang mungkin ia keluhkan, seperti:
• Menangis dan ditambah ketakutan tidak bisa memberi asi
• Frustasi karena anak tidak mau tidur
• Ibu merasa lelah, migraine dan cenderung sensitive
• Merasa sebal terhadap suami
• Masalah dalam menghadapi omongan ibu mertua
• Menangis dan takut apabila bayinya meninggal
• Menahan rasa rindu dan merasa jauh dari suami
• Menghabiskan waktu bersama bayi yang terus menerus menangis sehingga membuat ibu frustasi
• Perilaku anak semakin nakal sehingga ibu menjadi stress
• Adanya persoalan dengan suami
• Terganggunya tidur ibu pada malam hari karena bayinya menangis
• Jika ibu mengalami luka operasi, yang rasa sakitnya menambah masalah bagi ibu.
• Setiap kegiatan ibu menjadi terbatas karena hadirnya seorang bayi
• Takut melakukan hubungan suami isteri karena takut mengganggu bayi
• Kebanyakan para ibu baru ingin pulang ke rumah orangtuanya dan berada
didekat ibunya.
D.      Patofisilologi
Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bisa menimbulkan terjadinya baby blues ini atau biasa dikenal dengan post partum blues. Riwayat seperti kehamilan yang tidak di inginkan, adanya problem dengan orang tua atau mertua, kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya perhatin yang diberikan pada si ibu dan factor  ari etiologi serta factor psikolog lainnya  merupakan penyebab utama. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi nonadrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.  Karena proses ini pula seorang ibu setelah melahirkan mengalami perubahan pada tingkat emosional. Biasanya ibu akan mengalami kenaikan dalam resons psikologisnya, sensitive dan lebih membutuhkan perhatian, kasih sayang dari orang di sekitarnya yang di anggap penting baginya. Keabnormalitasan pada post partum blues ini mengakibatkan rasa tidak nyaman, kecemasan yang mendalam pada diri ibu, tek jarang terkadang seorang ibu menangis tanpa sebab yang pasti. Khawatir pada bayinya dengan kekhawatiran yang berlebihan

E.     Pemeriksaan Diagnostik
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung post partum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum blues bila memenuhi kriteria gejala yang ada. Kekurangan hormon tyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa (fatigue) ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar tyroid yang sangat rendah.
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati bahwa nilai skoring lebih besar dari 12 (dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian post-partum blues . EPDS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.
F.      Pencegahan Postpartum Blues
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum Blues yaitu :
• Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.
• Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.
• Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.
• Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.
• Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.
• Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.
• Persiapkan diri dengan baik
Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
• Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
• Lakukan pekerjaan rumah tangga.
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda yang belum stabil, bisa Anda curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu rumah tangga Anda telah melakukan segalanya.
• Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik setelahnya.
• Dukungan kelompok Postpartum Blues
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok Postpartum Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.
G.     Penatalaksanaan
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :
1.      Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
• Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
• Dapat memahami dirinya
• Dapat mendukung tindakan konstruktif.

2.      Dengan cara peningkatan support mental
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :
• Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
• Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayi
• Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya
• Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
• Memperbanyak dukungan dari suami
• Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
• Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
• Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
• mengganti suasana, dengan bersosialisasi
• Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :
• Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
• Tidurlah ketika bayi tidur
• Berolahraga ringan
• Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
• Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
• Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
• Bersikap fleksibel
• Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
• Bergabung dengan kelompok ibu

post partum blus

Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis referensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-salin yang disebut sebagai ‘milk fever’ karena gejala
disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.

A.     Etiologi
Mengenali penyebab post partum blues juga merupakan hal yang berguna dalam mendeteksi adanya gangguan psikologi ini pada ibu. Selain bisa mengantisipasi kita juga bisa memahami kondisi ibu sepenuhnya.
Post partum ini biasanya disebabkan oleh:
• Perubahan Hormon
• Faktor usia ( hamil usia muda, primipara, belum matangnya reproduksi, dll)
• Ketidaksiapan ibu menghadapi persalinan
• Stress
• ASI tidak keluar
• Frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh
• Kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat operasi.
• Suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami.
• Problem dengan Orangtua dan Mertua.
• Takut kehilangan bayi
• Sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu.
• Problem dengan si Sulung.
• Ibu yang pernah mengalami gangguan kecemasaan termasuk depresi sebelum hamil
• Kejadian-kejadian sebagai stressor yang terjadi pada ibu hamil, seperti kehilangan suaminya.
• Kondisi bayi yang cacat, atau memerlukan perawatan khusus pasca melahirkan yang tidak pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnya.
• Ketergantungan pada alkohol atau narkoba
• Kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, suami, dan teman
• Kurangnya komunikasi, perhatian, dan kasih sayang dari suami, atau pacar, atau orang yang bersangkutan dengan sang ibu.
• Mempunyai permasalahan keuangan menyangkut biaya, dan perawatan bayi.
• Kurangnya kasih sayang dimasa kanak-kanak
B.        Manifestasi Klinis
Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya Ibu sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung (iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah, khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja di lahirkan , insomnia yang berlebihan. Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression
C.      Gejala postpartum blues
Perlu kita curigai jika terdapat gejala-gejala seperti ini:
Gejala Utama
• Cemas tanpa sebab.
• Menangis tanpa sebab
• Tidak sabar
• Tidak percaya diri
• Sensitive
• Mudah tersinggung
• Merasa kurang menyayangi bayinya
• Perasaan negatif terhadap bayi yang dilahirkannya
• Kesulitan untuk tidur
• Perubahan drastis berat badan
• Kelelahan dan lesu
• Adanya perasaan untuk membenci pada diri sendiri, perasaan bersalah, individu merasa dirinya tidak berguna untuk orang lain
• Samasekali tidak bisa berkonsentrasi terhadap masalah kecil sekali pun
• Menarik diri dari lingkungan, kehilangan terhadap minat social
• Mudah marah, mudah terhasut dan kegelisahan secara mendalam
• Kehilangan gairah terhadap sesuatu hal (aktivitas)
Gejala Medis
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung post partum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan post partum blues bila memenuhi kriteria gejala yang ada. Kekurangan hormon tyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa (fatigue) ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar tyroid yang sangat rendah.
Selain gejala di atas perlu juga kita perhatikan tingkah laku ibu dan hal hal yang mungkin ia keluhkan, seperti:
• Menangis dan ditambah ketakutan tidak bisa memberi asi
• Frustasi karena anak tidak mau tidur
• Ibu merasa lelah, migraine dan cenderung sensitive
• Merasa sebal terhadap suami
• Masalah dalam menghadapi omongan ibu mertua
• Menangis dan takut apabila bayinya meninggal
• Menahan rasa rindu dan merasa jauh dari suami
• Menghabiskan waktu bersama bayi yang terus menerus menangis sehingga membuat ibu frustasi
• Perilaku anak semakin nakal sehingga ibu menjadi stress
• Adanya persoalan dengan suami
• Terganggunya tidur ibu pada malam hari karena bayinya menangis
• Jika ibu mengalami luka operasi, yang rasa sakitnya menambah masalah bagi ibu.
• Setiap kegiatan ibu menjadi terbatas karena hadirnya seorang bayi
• Takut melakukan hubungan suami isteri karena takut mengganggu bayi
• Kebanyakan para ibu baru ingin pulang ke rumah orangtuanya dan berada
didekat ibunya.
D.      Patofisilologi
Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bisa menimbulkan terjadinya baby blues ini atau biasa dikenal dengan post partum blues. Riwayat seperti kehamilan yang tidak di inginkan, adanya problem dengan orang tua atau mertua, kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya perhatin yang diberikan pada si ibu dan factor  ari etiologi serta factor psikolog lainnya  merupakan penyebab utama. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi nonadrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.  Karena proses ini pula seorang ibu setelah melahirkan mengalami perubahan pada tingkat emosional. Biasanya ibu akan mengalami kenaikan dalam resons psikologisnya, sensitive dan lebih membutuhkan perhatian, kasih sayang dari orang di sekitarnya yang di anggap penting baginya. Keabnormalitasan pada post partum blues ini mengakibatkan rasa tidak nyaman, kecemasan yang mendalam pada diri ibu, tek jarang terkadang seorang ibu menangis tanpa sebab yang pasti. Khawatir pada bayinya dengan kekhawatiran yang berlebihan

E.     Pemeriksaan Diagnostik
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung post partum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum blues bila memenuhi kriteria gejala yang ada. Kekurangan hormon tyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa (fatigue) ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar tyroid yang sangat rendah.
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati bahwa nilai skoring lebih besar dari 12 (dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian post-partum blues . EPDS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.
F.      Pencegahan Postpartum Blues
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum Blues yaitu :
• Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.
• Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.
• Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.
• Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.
• Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.
• Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.
• Persiapkan diri dengan baik
Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
• Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
• Lakukan pekerjaan rumah tangga.
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda yang belum stabil, bisa Anda curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu rumah tangga Anda telah melakukan segalanya.
• Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik setelahnya.
• Dukungan kelompok Postpartum Blues
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok Postpartum Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.
G.     Penatalaksanaan
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :
1.      Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
• Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
• Dapat memahami dirinya
• Dapat mendukung tindakan konstruktif.

2.      Dengan cara peningkatan support mental
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :
• Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
• Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayi
• Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya
• Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
• Memperbanyak dukungan dari suami
• Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
• Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
• Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
• mengganti suasana, dengan bersosialisasi
• Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :
• Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
• Tidurlah ketika bayi tidur
• Berolahraga ringan
• Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
• Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
• Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
• Bersikap fleksibel
• Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
• Bergabung dengan kelompok ibu